Monday, November 14, 2011

Sudah, Itu Saja....

Tidak ada yang sulit untuk mengenakan hijab,
Kecuali kamu sendiri yang menyulitkannya.


Jika kamu menunda mengenakannya hanya karena merasa belum pantas dengan sikapmu, itu kau sendiri yang tidak pernah mau memantaskan dirimu. 

Jilbab adalah ayah yang senantiasa mengingatkan agar kau seimbang tanpa harus marah-marah.

Jika kamu belum berhijab karena menunggu 'kesempurnaan'  hati,  mungkin selamanya kamu tidak sampai pada titik itu. Sebab siapa yang pernah merasa sudah sempurna merawat hati?


Sementara perbaikan sikap dan hati adalah proses yang tidak pernah selesai.

Kamu bisa menjadi manusia bebas, yang memilih....

Tidak berjilbab yang penting hati dan sikapmu baik, 
Tidak berjilbab dan tidak perlu menjaga sikap,
Berjilbab namun hati dan sikapmu buruk,
Atau berjilbab sambil terus berusaha memperbaiki kualitas diri.

Tidak ada yang berhak memintamu dengan paksa untuk menjadi siapapun. Semesta tahu itu.
Namun hatimu, diam-diam pasti tahu mana tingkatan yang paling baik untuk diusahakan.
Tanyalah......

Satu hal yang aku coba pahami tentang apa itu menjadi baik adalah....

Bukan mereka yang tidak pernah berbuat salah, tetapi mereka yang bersegera bangun dan memperbaiki diri ketika jatuh pada kesalahan. 

Sudah, itu saja...

Sunday, November 6, 2011

Kepada Hati Yang Berkaca

Kegundahan ini, ingin kusudahi saja,

melalui angin ia memberi tanda...

menggoyangkan butir embun di pangkal kelopak mimosa,

mematahkan ranting-ranting belum tua,

memercik-mercik air di pinggiran kolam,

hingga menyeret punggung tangan pada tembok tak rata.

Namun hingga rindu-rindu ini membatu dan air mata yang mengkristal kusapu,

Kau tak juga menoleh.

(kepada hati yang berkaca)

Published with Blogger-droid v2.0

Monday, September 19, 2011

We Have A Contract, You and I

“We have a contract, you and I : not to win when victory is possible,”
-The Valkyrie, Paulo Coelho-


Adakah perjanjian seperti ini?
Seseorang mengatakan tidak mungkin sebab akan menghilangkan motivasi masing-masing untuk melaksanakan kompetisi itu.

Tapi sepertinya untuk cinta dan kemanusiaan, semua menjadi mungkin. Manusia bisa saja meninggalkan egonya di dalam laci.
Sempurna! :)

Sunday, September 18, 2011

Kamukah? Est-ce toi?

[seringkali aku membuka jendela bukan karena ada burung yang bernyanyi...

tapi karena aku merasa 
kau baru saja ada di baliknya...]

J'ai ouvert des fois la fenetre.
Ce n'est pas parce qu'il y avait des oiseaux chantaient.

C'est parce que je croyais que 
tu étais la. 

Saturday, September 17, 2011

Semenjak

Kamu ingin aku menemuimu di kursi taman.

Ketika itu kamu sudah di sana, terdiam lama sekali.

Kamu meminta maaf padaku satu kali, kemudian termenung lagi.

Katamu dia datang lagi...

Dia yang kau pikir telah menyerpihmu menjadi remah-remah cinta yang tidak perlu diingat, tiba-tiba hadir seperti rumah kenangan yang menawarkan kunci putihnya untuk kau buka.

6 tahun. Aku membayangkan banyaknya kenangan yang kalian miliki, yang mungkin tidak saja tersimpan melainkan terjahit kuat pada ingatan.

Aku memikirkan apa yang sedang kau pikirkan, sambil sibuk menenangkan hati yang sepertinya ingin meledak, atau mungkin sudah, hanya saja tak terlihat.

Kamu meminta izin berpikir.

Tidak ada waktu dan aku hanya bisa menunggu.

Hingga hari ini bulan berganti lagi, aku masih di tempat yang sama, tidak kemana-mana.

Aku tidak bisa berpikir, apakah aku sudah menunggumu terlalu lama, atau masih terlalu sebentar. Aku mulai mengkhawatirkan kamu yang mungkin saja tertawan. Tersesat pada masa lalu dan tak menemukan jalan pulang, menemukan sedikit aku.

(17.30, di suatu sore yang murung)

Lima Ratus Juta Lonceng

Suatu hari, ketika kau merasa kehilangan.
Sementara kalimat-kalimat dari buku jemariku kelelahan mengisahkan.
Ku harap kau tak pejam...
Sebab ada lima ratus juta lonceng yang kita simpan pada lumbung ingatan.
Mereka terus berbunyi di sepertiga malam. 
Membelah Arasy yang gemetar.
Dan sebelum kau jatuh lebih dalam pada lutut kesedihan,
burung manyar telah lebih dulu mengadukan sepimu pada kaki Tuhan.

Friday, September 16, 2011

Pengantar Cinta

Pada secarik kertas merah muda, 
huruf-huruf berpegangan. 
Mereka penasaran,
untuk sosok seindah apa
mereka dibariskan.

Sunday, September 4, 2011

Api Kecil Si Sajak Rindu

Kudapati malaikat memanggul matahari di sayapnya, menuju persinggahan hatimu yang gelap terikat penantian

Seperti pendar yg berhenti mengucurkan sepi dari buku jemari.


Pada kebencian banyak anak manusia, kurindukan benih kepedulian yang mungkin tumbuh suatu ketika


Di setiap air mata yang ku larung, selalu kutemui remah daun kering anak musim yang tak lelah mengusapnya


Air mata menggandakan bebannya, kuat menghantam siluet diri sendiri, yang tak sengaja membuatmu tiada


Pagi terisak, kehilangan senyum milikmu yang kini hening di balik pusara


Ketika aku mencintaimu, pendar api berhenti menari.


Aku ingin pergi dari penantian meski aku khawatir baru menunggumu terlalu sebentar.


Burung gereja dan burung manyar;keduanya menertawakan kita yang begitu malu, untuk merindu.


Masih perlukah cinta bertengkar seperti dua puluh dua api yang menari di ujung musim hujan.


Kita masih bisa merayakan cinta, di pusaramu. Aku bawa serta kupu-kupu seperti yang sudah-sudah.

Friday, August 26, 2011

Vingt-Deux Feu Qui Dansent~ Dua Puluh Dua Api yang Menari




Mengapa tidak kau kabarkan kepergianmu?  Hanya burung gereja yang gagal menyembunyikan : Ia tak lagi bernyanyi di tempatnya. Menemanimu di atas pusara dengan kupu-kupu mengitarinya.

Esok sepagi yang orang tak bisa. Jauh sebelum matahari berpikir untuk membuka mata, aku akan mencari pusaramu untuk menyampaikan tawa  yang terlambat, yang seharusnya kau dengar sebelum kita mencemburui yang tak perlu. Aku berjanji untuk tidak menangisimu. Pundak semesta tak akan mampu menampung derasnya.

PENDAR KOTA MERAH


Lemparan granat sebentuk pelangi, tertawa menjejali langit, menandakan cinta yang tak pernah menari.

Jangan dulu mati, sebelum kita membuang bedil pada tembok tinggi gairah darah yang membumbungkan cinta dengan air mata.

Pendar warna menyala, mengaliri tanah kering. Subur oleh gincu, penanda manusia-manusia kehabisan cinta.

Cinta adalah peluru yang kerap rindu menjenguk kotaku. Menebar harum bubuk mesiu di sayap garuda para pejuang bangsaku.

#7kata


Benciku seperti air beriak. Tak pernah dalam #7kata
Tuhanpun milik mereka yg kau bilang pendosa #7kata
Hanya kepada sajadah, rinduku bisa begitu bersuara. #7kata
Aku pagi yang menjelma bintang begitu semesta #7kata

Thursday, August 4, 2011

REMAH DAUN KERING ANAK MUSIM

REMAH DAUN KERING ANAK MUSIM
Secerah tawa merpati bisu yang menari di atas bunga Geranium ketika senja baru bersandar. Begitu senyummu barusan.

Setiap detik ketika kita melupakan Tuhan, maka ia menjadi menit-menit yang terjumlahkan. Hingga semua mnjadi semakin jauh dari Nya.

Pena kecil...merindu mereka yang mungkin tak begitu sering memasukkan dirinya ke dalam daftar orang yg patut dibahagiakan.

Ada kata-kata yang baru saja tidak kukatakan. Semoga kau dengar lirihnya di mataku

Kau tak perlu menghulukannya di mata mutiaramu. Kebun jiwamu hanya akan mengering karena pekat cintanya tak pernah usai untukku

Airmatamu adalah titik nadir yg merubah padang jiwa emosiku menjadi telaga bening.

Menjauhiku dengan segala cintaku adalah sia-sia. Seperti menghalangi cahaya tanpa dapat menghilangkan mataharinya.

Merindukan yang tidak seharusnya dirindukan adalah cobaan. Seperti cinta merah senyala senja yang harus meredup saat terbenam

Untuk setiap pertemuan yg menerbitkan senyum, aku ingin mengingatnya lama-lama. Sebab perpisahan, selalu mampu mencurinya tiba-tiba.

Apa kau bisa memastikan bahwa hujan sepagi ini, bukan air matamu yang sesap kemudian perlahan, atas ketidakmampuanmu mengembunkan hatinya?

Juni adalah memoar luka. Sayangnya aku tak pernah bisa membawanya..mundur ke beberapa detik sebelum semua berakhir.

saya merindukan setiap kedekatan kita, yang tidak pernah terjalin.

Entah apa lagi yang bisa kusampaikan. Jika semua kata telah kau curi maknanya. Lalu kau larung begitu saja pada air mata rindu.

Mencintaimu adalah hakku. Sedang mencintaiku bukanlah keharusan.Harapan? Dia hanya hal yg lahir bersamaan ketika aku menjatuhkan pilihan.

Suatu waktu, mungkin aku yang akan meminta langit sore agar hujan. Tidak perlu si suasana hati. Yang seringkali begitu labil.

Jika setiap rasa takjubku pada seseorang malah menjauhkanku dari pemilikku. Maka itu buruk.

Tersenyum adalah cara terbaik menghilangkan efek pujian yang tak pernah pasti apa maksudnya.

Tuhan, ruang cinta yang belum sempurna kuurai.

Jangan biarkan aku bergantung. Dan jangan biarkan mata ini menangis, Rabb, pemilikku. (18 july 2011, 02.31 dini hari)

Terlalu banyak pertanyaan, dan terlalu sedikit jawaban.

Sebab tanganku hanya sanggup menulis puisi. Aku kuncup yang kehilangan kemampuan untuk bersemi.

Apa yang mereka lakukan seperti berusaha menghilangkan terang cahaya yang menyilaukan mereka tetapi sebenarnya mereka tidak menghilangkan mataharinya

Mengalahkan rasa untuk tak saling sapa. Bahkan aku lupa, dimana kujatuhi cinta. Yang terakhir ku tahu, aku luka.

Yang selalu dikumandangkan melalui sunyi, adalah cinta ibu dan ayah. Betapa bintang. . . . :) .

Kita tidak saling menoleh. Baik hatiku, atau hatimu. Kita pun tidak bisa bertemu, karena Tuhan bilang tidak (sepertinya)..

Satu kejadian, entah memiliki kekuatan apa, ia mengeluarkan dirinya, menjelma jutaan makna baru. Telaga kering mendekap mereka .

Malam tadi, ku jentikkan rindu berurai melalui sajak-sajak bodoh yang kupikir akan melontarkan diriku kepada hatimu.

Selalu. Aku memenjarakan rindu sendirian, tanpa kamu.

Sendiri, aku tak dapat seimbang.

Pada seribu senja, dan jutaan butir pasir, ada satu remah cinta lama yang tak ingin dicari.

Kamu mungkin tidak sadar bahwa pelangi dari dulu putih sebelum ia lihat senyum milikmu tadi pagi :)).

Masihkah kau ingin memisahkan kupu-kupu dari warnanya, saat ada yg tak henti menyulamkan warna baru dan membebat lukamu?

Nyinyir dan bertikai atas rindu. Mencoba berbohong sekali lagi agar hatiku tak jatuh. Cukup terakhir kali ia tersengal.

Kata-kata. Tangis atau tawa semua berhulu dari itu.

Rindu adalah saat hati merasa tersayat padahal tidak ada yg berdarah.

Aku ingin pergi dari penantian, Momo.Tapi jika begitu, aku khawatir kita tidak bertemu, karena aku menunggu terlalu sebentar. Atau malah menunggu terlalu lama.

Momo, kita punya segudang impian dan beberapa hambatan. Aku tahu kamu tahu bahwa aku sudah tahu tentang itu.

Aku merinduimu dalam-dalam, di balik sajak doa dengan hamparan sajadah yang telah basah di sepertiga malam.

Aku ingin sanggup menahan sakit seperti apapun selama dapat duduk di atas kenangan tentang kita.

Senyum kebahagiaan kalian adalah teror paling primitif di setiap tidur pendekku yang justru menajam saat aku pejam.

Jangan coba kau bebat luka yang kau buat. Waktu saja menyerah mengobatinya. Lukaku telah begitu nyata.

Suatu hari, kau akan menangisinya yang terlambat kau cintai, seperti hujan di senja bulan Desember

Kau menolak? Setahuku dalam kisah jatuh cinta diam-diam ini,aku menaklukanmu. Karanganku tidak pernah begini sempurna.

Thursday, June 2, 2011

entahlah

Hari ini entah kenapa penuh rindu yang mendesak sama dek Maghfi dan mba Diyah.
Untuk menuruti kangen saya seringkali cek di social web tempat mereka biasa ada. FB atau twitter. Khusus adek, barusan saya mengunjungi blognya. Selalu menyenangkan baca blognya adek. Pujian ini serius. Apalagi di postingan2 terbarunya. Terlihat ada perkembangan, yang buat gue semakin yakin adek benar-benar berbakat untuk menulis. Berbakat menurut pandangan saya bukan yang kata-katanya berbuih-buih penuh keeleganan yang dibuat-buat. Tetapi lebih kepada mengalir atau tidak tulisannya. Jujur saya belum bisa. Hwehehehe.
Tulisan saya masih tersendat, kaku, oh atau ibaratnya got mampet. (Gak keren analoginya -,-)
Kita lewat soal saya.
Post yang menyenangkan adalah saat tahu adek sudah menemukan jalannya untuk menulis. Happy for her. I really am. Doakan semoga saya juga cepat menemukan titik temu itu. 
Adek, sehat-sehat ya. Kak ara juga bingung kenapa mau ketemu adek susah sekali semenjak pulang dari Italy. Begitu banyak halangan dan rintangan membentang (lebay juara). Tapi kak ara gak sedih, karena tahu sibuknya adek selalu positif. Hope to see u soon dek. Terima kasih untuk setiap status message di BBM, Twitter yang adek tujukan untuk kak ara.
Ohya, dan syafakillah untuk mba diyah. <3

Wednesday, March 9, 2011

Denting Hati

DENTING HATI

Hanya coba melantunkan. Seperti kilat yang memperlambat lajunya, maka sayapun tengah memperlambat tiap-tiap rasa yang sering hadir begitu cepat. Tujuannya mungkin sudah dapat dipahami : tidak ingin kehilangan huruf yang pernah tersusun. . . . .  ^^v (Beberapa bintang ditulis di waktu yang berbeda)


*Why God lets a dictator like Khadafi doing what he wants in Libya? while God, who creates him is not like him as well. This "Why" will never end till we know what should we do. It has come to an END. (after met my Libyan classmates, after doing the manifestation in Rome, Italy)

*Mencapai level yang lebih tinggi untuk memahami diri sendiri itu, seringkali bertrigger dari masalah yang sayangnya tidak jarang menimbulkan rasa sakit. Ohya, bertanya lagi, kenapa rasa sakit selalu dihindari oleh seluruh umat manusia? secara alami maksudku...

*Pasti semua orang sudah tahu, bahwa melihat dunia yang kontra dengan kita itu perlu. Dalam hal apapun sepertinya. Mereka bisa melihat yang tidak ada atau kurang pada kita. Sementara diri kita seringkali subjektif. Bukankah? 

*Mengecap senja-senja terakhir di Tevere. Mendengar dalam hening, kidung si burung Manyar. Syahdu ;D

*Sajakku yang lalu, dijadikannya peluru : Dia bilang rasa itu sudah pergi. Terbawa si burung Manyar.(Galau nomor sekian) :p

*Jika Tuhan sedih, adakah yang menghiburNya? Dalam pelukan misalnya. Ah tapi itupun jika mungkin. 

*Ada yang kutemukan sama antara kenangan dan reruntuhan Foro Romano : mereka tidak lagi untuk hari ini, namun jejaknya dapat kau lihat sesekali.

*Di antara detak-detak lamat. Di antara monotonitas semua yang dilakukan mesin bernama manusia, ada yang selalu terjaga menangkap setiap doa yang terlahir.

*Tak perlu mereka petikkan gitar malam ini. Jantung yan tak degup atas cintaku, akhirnya bernyawa. Mengharmonikan dirinya. Bertasbih.

*Suatu hari, kau akan menangisinya, dia yang terlambat kau cintai. Seperti hujan di senja bulan Desember.

*Tidak ada yang mengalahkan kuatnya rasa kemanusiaan, hingga semua agamapun bisa bersatu karenanya. Fakta yang indah. Kecaplah!

* Sila tuliskan jawaban Anda di kertas yang tersedia untuk pertanyaan hidup saat ini. Gunakan teori hati dan rasionalitas kemanusiaan yang telah Anda pelajari di dalam kelas! (Haha, mungkin ini bentuk fisik soal yang dibuat Tuhan untuk kita dalam hidup)

*Entah apa ini masih rahasia, bahwa di antara hati bunga yang berduri, selalu ada celah yang bisa kau cari agar dapat kau genggam :)

*Ingat baik-baik kata-kata yang baru saja tak kukatakan! (bro, kode bro :p)

*How old are you when you decided to speak the truth? even to be true to yourself?

*Terkadang ada hal-hal yang waktu tak bisa menghapusnya, karena lukanya yang begitu nyata.

*Dalam doa-doanya kepada Tuhan untuk memohon pendamping shalehah penyenang hati, adakah aku sebagai pemantiknya?. Mengapa begitu rumit?
Ah...Allah, genggamlah hatiku dan mereka, yang memiliki hati untuk mencintai.

*Hidup tak terpetakan itu seperti...buku tanpa halaman.

*Tuhan memang tidak perlu dibela, karena tanpa manusia, Ia sudah Maha. Tapi aku ingin. Hingga lini masa aku tiba. Hasbi rabbi jalallah.

*Nafas memberat, saat merasa tak ada satu lembarpun kebaikan di dirinya untuk cinta. Ia, buku hitam yg terbuka, dengan halaman penuh koyak.

*Mengalahkan rasa untuk tak saling sapa. Bahkan aku lupa, dimana kujatuhi cinta. Yang terakhir ku tahu, aku luka.

*Manusia. Owyap, rumit. 1 warna aja ada jutaan gradasi. Ada gitu yg bisa mnemukan exactly dgn yg diinginkan? Lalu mengapa terlalu bersandar?

*Hey, aku. Kau tahu, seharusnya keluhan yang tadi kau bilang, bisa diselipkan sedikit perenungan. Bahwa setidaknya kau masih bernafas hari ini. Jika cobaan mu begitu berat, menangislah kepadaNya. Maka mungkin Allah mengirimkan bantuanNya untukmu. Lalu kamupun berproses untuk menjadi lebih baik.

(Taman Percorso Verde, Pian di Massiano, Perugia Italy. Tempat lahirnya beberapa kicauan tak tentu hati saya. Siapa lagi kalau bukan Tuhan yang menciptakan :). Subhanallah )

Thursday, March 3, 2011

Potrebbe Piovere ~ Could be Raining

*Puisi singkat mengisahkan anak kecil peng-ojek payung yang sering aku lihat di stasiun KA Depok Baru.


Un giorno,
ore per ore
come i giorni primi
sta guardando il cielo, un piccolino.
Porta con se, un ombrello. Nient'altro.

Gli viene un attacco di fame
spera allora di nuovo che ci sia la pioggia,
cosi si comprera un panino.

Questa volta il sole lo da troppo baccio
Si siede su terra ombreggiata,
Il nostro piccolino
conta sulla pioggia,
sempre con il grande piacere
e pieno di speranza,
che domani potrebbe piovere.

*in Indonesia, ci sono tanti poveri che profittano la pioggia per cercare gli spiccioli : Prestando l'unico ombrello che hanno a chiunque pedoni che non la portano.

Mentre il loro ombrello e' in prestito, seguono dietro sotto la pioggia. Di solito dalla stazione e fermata a qualche parte che non e' cosi lontano.

Tuesday, March 1, 2011

~Agonia Lekuk Tubuh~

Kain melingkari bentuk wajah.
Balutannya mengamankan hitam rambut seorang Senja.
Juluran kain memanjang,
lekuk tubuh Senja tenggelam.

Si lekuk tubuh marah pada kain.
Kecantikan dirinya tidak dihargai.

Si Soleh bilang menentramkan.
Si Johny bilang tidak ada yang dibanggakan.

Lekuk tubuh memang sudah jumawa sejak lahir. Jumawa sekali.
Dia tahu bagaimana pesonanya bisa membuat dirinya digandrungi pria-pria.
Apalagi si Johny kacangan. Lewat.

Terakhir kali, Senja berkaca sehabis mandi.
Lekuk tubuhnya, dengan segala kejumawaan melihat pantulan dirinya di cermin.
Terasa mirip Angelina Jolie, katanya. -,-

Lekuk tubuh kesal, "mana bisa disukai kalau aku tidak terlihat, Senja."

Kain panjang yang kena marah lagi.
Ah, si lekuk tubuh persis seperti wanita saat PMS.
Bawel.
Marah,
tapi kadang kosong.

Kain bicara :
"kamu itu tidak ternilai.
Baju etalase di butik itu, kau lihat?
Si Johny atau si Soleh... Kalau mau ya harus beli. Cari ukuran pas tapi tidak boleh dicoba. Yang serius membeli yang bisa."

[....kain berbisik lagi....]

"aku.....
 kau tahu?  melindungimu tanpa jeda."


-Azzahra Mustafafi-

Thursday, February 17, 2011

"IL DIO" Che ne pensi, tu? Io, ci sto pensando :)

Ini adalah surat yang saya bacakan di kelas setelah ada diskusi mengenai Ketuhanan, di kampus Universita per Stranieri. Seperti yang sudah diperkirakan, banyak teman saya yang atheis (non credente) atau juga agnostik. Inti dari tulisan yang saya bacakan di kelas ini bukanlah untuk medebatkan yang mereka yakini. Melainkan mendeskripsikan pilihan saya untuk mengakui adanya Tuhan beserta peranNya, dengan cara yang paling simple dan tidak tendensius.

Saya membahas juga sedikit mengenai jilbab. Mengapa saya memakainya, dan mengapa  Tuhan memerintahkannya. Mengenai mengapa tulisan saya yang dipilih untuk dibacakan di kelas, entah :). Selamat membaca!


"IL D.I.O" CHE NE PENSI TU? "TUHAN". APA YANG KAMU PIKIRKAN TENTANGNYA?

Io ci credo in Dio. 
Non perchè i miei genitori mi hanno chiesto di crederci, ma perchè Lo trovo me stessa.... quest’entita superiore. 
Tanto per dire, ma credo che se c'è per esempio “un tavolo” nella classe, vuol dire che c'è qualquno che l’ha creato. Non è improvvisamente si trova nella questa classe. Non sono forse in grado meglio di capire, pero, penso anche che questa natura, questo mondo, e gli uomini, non esistono sé stessi. C’è un'energia diciamo (né femminile, né maschile) che li ha creati con il Suo grandissima forza e potere.
Se quella è la domanda che ci facciamo, ho gia almeno provato a rispondere. (So che non c'è niente di meglio in questo mondo, allora, posso sbagliare anch’io)
Ho un'altra cosa che mi da fastidio e che tengo nella mente :   
Ai stranieri gentili che mi guardano con gli occhi cosi aguzzi anche fissi.
Il mio velo non è una cosa pericolosa che vi puo fare male. Non pensate che metto questo velo per forza. Ho trovato mio Dio me stessa. A me, piacciono voi. Non mi importa se alcuni sono credenti o non sono credenti.  Se questo velo vi "spaventa", permettetemi di dirvi una cosa.
La belezza della dona è nel suo corpo. Forse quasi tutto di voi è con me.
Siccome questo corpo mostra la belezza, quindi sappiamo che questo è prezioso. Siccome questo  è prezioso, non voglio farlo vedere  agli occhi stranieri sconsiderati, fuori di me, che non mi conoscono e che io non conosco. Il mio corpo puo essere visti per quelli che meritono. Me stessa, Mia famiglia perchè loro mi curavano da quando sono nata, e al fino il mio futuro marito. 

Una domanda : Se avete i gioielli preziosi, che fate? farli vedere ai stranieri o mantenerli e metterli in una scatola? Il velo allora, per me protegge la belezza delle donne non la copre.
Non lo so, ma mi trovo bene con questo pensiero.     
Perugia, 2011.



Monday, January 31, 2011

~Aigoo..Thank you, mba..kak!~

Morning Perugia...
Ini hanya curhat kecil.
intermezzo, atau edisi khusus, you name it lah...

Cuma mau bilang kalau beberapa hari ini sedang merasa tersemangati oleh mba Diyah :) dan kakak satu lagi (yang sebenarnya gak dekat dengan saya kecuali karena insiden Minyak ikan. Duh kasian, minyak ikan gak salah, jangan disebut-sebut terus :P)  


Mereka menasehati  akan ke hopeless-an saya yg lagi gaya banget ingin muncul waktu itu -,- (oh begitu labil). Walaupun mereka hanya tahu kulit dari masalah saya tapi komentar mereka seperti memiliki kekuatan. Semangatnya tertransfer. Saya merasakan. Curhat gak selalu membawa kita mencapai solusi, tapi yang saya yakin pasti, curhat membuat seseorang merasa lebih baik ^_^. So, I thank you for that kak Arsyil, dan mba sayang :). Dampaknya berhari-hari. Bukan karena mba Di dekat dengan artis, dan bukan juga karena si kakak ini artis. Tapi lebih karena perhatian kecil mereka datang di saat yang tepat. They made my smile! Atau kalau mau lebih lebay lagi, Italy deserved my smile at that time and also forever! hehehe. Sekecil apapun perhatian orang lain, entah kenapa saya selalu merasa nyawa saya bertambah. You will never know how much does your words give positive impact to me kan mba, kak :')
Well take care ya Candles. Thanks for empowering me these days. I really mean it. And I am anytime if you need me too. As long as we have Allah in our heart, I think, trust, and feel that everything will get better somehow. Double indahnya. Iya nggak? (udah iya aja sodara-sodara. Hehe)


Ciao universe! Have a good life :D, I love you all as always.
 Salam.