Thursday, February 13, 2014

Ke mana?

Ingatkah engkau kepada
Pagi yang begitu ceria
Ketika kita akan bersama

Ingatkah engkau kepada
Amarah yang menggelora
Ketika kita seperti akan berpisah

kemana kau pergi, cinta?
Pada kesahajaan rasa itu, aku gila.
Pada ketenangan jiwa itu, aku bahagia
Aku dan hatiku, rindu.

Monday, January 27, 2014

Tik...Tok...Tik...Tok...

Setiap detik ketika kita melupakan Tuhan, maka ia menjadi menit-menit yang terjumlahkan. 

Hingga pada tahun-tahun yang terlewati, Tuhan sudah tidak lagi berada sedekat dahi dan sajadah.



[Sekedar reformulasi sajak singkat pada tumblr 25 Nov 2011]

Cuma bagian kecil dari bab "Pengertian Hidup"

"Kenapa saya gak bisa hidup normal kayak orang-orang?"

Semua orang sepertinya pernah punya pertanyaan / pikiran ini.
Artinya, hidup orang lain selalu terasa lebih baik dan normal dibanding kita.
Padahal, yang menurut kita normal itu sama kayak rumput tetangga yang selalu terlihat lebih hijau : kalau ngga fatamorgana, ya terhalang tembok rumah jadi gak sepenuhnya terlihat.


Jakarta, 27 Januari 2014.

Monday, January 13, 2014

"Kamu yang sabar ya?"

"Kamu yang sabar ya?"

[ Tadi malam seseorang membisikkan kalimat permintaan itu di telingaku. 
Hujan besar di stasiun membuat kami tidak dapat segera beranjak melanjutkan perjalanan ke rumah dan akhirnya terlibat pada sebuah percakapan. Percakapan yang sempat membuat kami berselisih paham. Percakapan tentang harapan-harapan dan kenyataan. Juga tentang perasaan saya yang kadang terlalu berlebihan dan butuh dikembalikan ke keadaan normal dengan cara berdiskusi dengannya. ]

"Iya".

Hening.

---------

Sabar

.... adalah suatu sikap menerima kenyataan yang biasanya kurang sesuai harapan. Kesabaran seseorang akan suatu kenyataan yang tidak sesuai harapan itu terlihat dari sikap orang tersebut dan hatinya juga. Sabar adalah bentuk penerimaan kenyataan hingga kenyataan tersebut berubah menjadi seperti apa yang diinginkan. Dalam hal ini perubahan dapat terjadi seiring dengan : usaha, izin Allah, dan waktu.


Jakarta, 12 Januari 2013


Thursday, May 16, 2013

Tentang 9 Mei 2013 dan Harapan Semenjak Itu


Kamis, 9 Mei 2013 pukul 16.45 WIB saya, Azzahra telah resmi menjadi seorang pendamping hidup bagi  Yogi Permana.

Di usia yang sama-sama menginjak 24 tahun, rasanya bagi sebagian orang kami masih terlalu muda untuk menjalankan ibadah setengah agama ini.  Jangankan orang lain, saya pun sempat berpikir mengenai kesiapan dalam menikah (bukan persiapan menikah). Kekhawatiran tentang mampu atau tidak menjadi pendamping hidup yang baik seperti kriteria istri-istri Rasulullah SAW, sanggup berbagi pengertian dan mengalahkan ego, misalnya.
Mengenai itu, saya meramu jawaban dan memberikannya kepada hati sendiri. Bahwa ketika jodoh telah diberikan Tuhan, cara apapun untuk menunda tetap hati tidak akan tenang. Cara apapun untuk mempercepat, jika menurut Tuhan kita belum siap atau bukan jodoh, maka ada jalan lain untuk tidak menjadikannya.

Lagipula, bukankah kehidupan ini seperti sekolah yang tidak pernah tamat? Misal hari ini saya merasa siap dan layak mejadi istri karena telah memasak dan mengurus suami, di kemudian hari bisa saja saya mudah terpancing emosinya karena hal kecil yang artinya mengindikasikan saya belum bisa mengalahkan ego dan belum siap menikah? Jawabannya tentu bukan mundur atau menyesal tapi belajar lagi. Ya seperti sekolah yang tidak pernah tamat. 

Dengan proses perkenalan yang tidak sebentar (10 tahun), dan banyaknya kebaikan yang saya lihat sebagai tolak ukur seorang imam, keyakinan untuk menjalani kehidupan selanjutnya bersama seorang partner bernama Yogi, hadir secara perlahan dan tidak berlebihan. Tidak berlebihan dalam artian, saya masih terus menyisakan hati untuk memahami bahwa Yogi adalah manusia yang sama seperti saya, yang mungkin suatu hari akan dengan tidak sengaja menyakiti.  Sehingga ketika hal itu terjadi, keyakinan saya tidak ikut tersakiti.

Tapi bicara mengenai sakit hati, sejauh saya kenal, Yogi tidak pernah berbicara kasar. Bacaan shalat dan setelah shalatnya lengkap. Selalu ingin membantu dan sering mengalah. Ketika sedang dalam perjalanan selalu minta berhenti untuk sholat. Selalu khawatir jika aurat saya terlihat orang lain. Sayang dengan mama, ayah, adik-kakak, dsb. Terhitung sejak 9 Mei (1 minggu sejak menikah), sikap-sikap dia sebagai imam Alhamdulillah menyenangkan hati :’).

“iyalah 1 minggu masih manis-manisnya”. Hehe saya ngga membantah, tapi doakan saja ya selalu begitu. Walau kalau dipikir-pikir, kata “selalu begitu” kedengarannya aneh. Seperti tidak ada waktu yang berjalan. Seperti permen yang tidak pernah dinikmati. Tidak habis-habis. Padahal setiap hal pasti ada masanya ya :’)

(Oke seriusnya udah) Sekarang mau post foto-foto seru saat dan pasca menikah. Sekali lagi, mohon doa dari semua untuk kebaikan pernikahan kami. Semoga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Penuh kebaikan dan hal membaikkan. Berkah dan ditinggikan derajatnya. Sama-sama menjadi pendamping hidup penyenang hati dan orang tua bagi anak-anak yang shaleh/shalehah penyenang hati juga. Aaamin Ya Rabb.


PS : Terima kasih untuk semua teman, rekan kerja, sahabat, saudara, keluarga kesayangan terutama mama, kakak, adik-adik (Ilmi yang sampai saat ini masih kuliah di Kairo dan tidak dapat menghadiri 2 pernikahan kakak-kakaknya), dan keluarga baru Yogi yang sudah hadir di kehidupan kami dengan peran-peran yang baik. Terima kasih kado-kadonya. Perhatiannya. Dukungan, dan doa baik yang terucap atau yang hanya di dalam hati. Doa yang sama untuk kalian.
Je vous aime!
Azzahra.









Tumis Pare dan sambal kesukaan bapak Yogi :p




Thursday, February 14, 2013

Entah Mengapa Kau Bisa

Hatimu adalah pasir.
Kesabaranmu ombak.
Amarahku seperti kaki yang seringkali menjejak-jejak pasir.
Seperti apapun bekas kakiku pada pasir, ombak selalu menyapunya.

Entah mengapa kau bisa.

Terinspirasi dari kalimat 'Dee' Dewi Lestari pada bukunya Rectoverso.

"Yang tak paham akan dahsyatnya api, akan mengobarkannya dengan sembrono."

Jakarta, 14 Februari 2013

Tidak Lagi

Ada saat di mana cinta tidak pernah menemukan jalannya. Meski telah dituntun.
Ada kalanya hatimu tetap beku meski maaf yang hangat dan sungguh-sungguh telah diucapkan.
Ada waktu di mana kamu memaksakan segalanya tetap berada di tempat, meski sepertinya ada kebosanan yang mengintip di balik tembok.
Ada. Semua ada waktunya. Dan waktulah yang membuat semua menjadi serba "tidak lagi".

Jika saat itu muncul, masihkah kita percaya akan kata "selamanya"?
Masihkah kita bahagia sampai lupa berjaga-jaga?
Atau bersedih sampai lupa berharap suatu hari yang kita yakini akan berbeda?

Jakarta, 14 Februari 2013.

Tuesday, December 11, 2012

Le plus beau poeme d’Hugo. Puisi terindah Victor Hugo


Demain, dès l’aube…


Demain, dès l’aube, à l’heure où blanchit la campagne,
Je partirai. Vois-tu, je sais que tu m’attends.
J’irai par la forêt, j’irai par la montagne.
Je ne puis demeurer loin de toi plus longtemps.
Je marcherai les yeux fixés sur mes pensées,
Sans rien voir au dehors, sans entendre aucun bruit,
Seul, inconnu, le dos courbé, les mains croisées,
Triste, et le jour pour moi sera comme la nuit.
Je ne regarderai ni l’or du soir qui tombe,
Ni les voiles au loin descendant vers Harfleur,
Et quand j’arriverai, je mettrai sur ta tombe
Un bouquet de houx vert et de bruyère en fleur.
Victor Hugo, extrait du recueil «Les Contemplations»

Tomorrow, at dawn, at the hour when the countryside whitens, 
I will set out. I know you are waiting for me. 
I will travel through the forest, and over the mountains, 
I can no longer remain far from you. 

I will walk with my eyes fixed upon my thoughts, 
Seeing nothing around me, hearing no sound. 
Alone, friendless, my back curved, my hands crossed, 
And the day, for me, will be as the night. 

Now that Paris, with its cobbles and marble, 
And its hazy rooftops are so far from my eyes; 
Now that I am beneath the branches of the trees, 
I can marvel at the beauty of the skies. 

Now brought to a standstill by these divine visions, 
Plains, rocks, forests, valleys and silver streams, 
Seeing my insignificance, and seeing your miracles, 
I come to my senses before this immensity. 

We only ever see one side of a story; 
The other side is plunged into dark and fearful mystery. 
Man yields to his yoke, without understanding why. 
All that he sees is short-lived, pointless and fleeting. 

I will not watch the golden close of evening, 
Nor the sails that glide towards Harfleur, 
And, when I arrive, I will lay on your grave 
A bouquet of green holly and heather in bloom. 

Pas si simple


Je suis si simple que tu ne peux même pas me décrire.
Que veut dire un grain d’âme dans moi ?
Je me métamorphose en tout objet, en toute personne.

 I am so simple that you can’t even describe me.
What’s the meaning though a grain soul in mine?
I metamorphose into all kind of objects, into people.

Jakarta, 11 desember 2012.

Found

I like being found.
J’aime bien d’être trouvée.

-fatimaalkaf-