Thursday, May 16, 2013

Tentang 9 Mei 2013 dan Harapan Semenjak Itu


Kamis, 9 Mei 2013 pukul 16.45 WIB saya, Azzahra telah resmi menjadi seorang pendamping hidup bagi  Yogi Permana.

Di usia yang sama-sama menginjak 24 tahun, rasanya bagi sebagian orang kami masih terlalu muda untuk menjalankan ibadah setengah agama ini.  Jangankan orang lain, saya pun sempat berpikir mengenai kesiapan dalam menikah (bukan persiapan menikah). Kekhawatiran tentang mampu atau tidak menjadi pendamping hidup yang baik seperti kriteria istri-istri Rasulullah SAW, sanggup berbagi pengertian dan mengalahkan ego, misalnya.
Mengenai itu, saya meramu jawaban dan memberikannya kepada hati sendiri. Bahwa ketika jodoh telah diberikan Tuhan, cara apapun untuk menunda tetap hati tidak akan tenang. Cara apapun untuk mempercepat, jika menurut Tuhan kita belum siap atau bukan jodoh, maka ada jalan lain untuk tidak menjadikannya.

Lagipula, bukankah kehidupan ini seperti sekolah yang tidak pernah tamat? Misal hari ini saya merasa siap dan layak mejadi istri karena telah memasak dan mengurus suami, di kemudian hari bisa saja saya mudah terpancing emosinya karena hal kecil yang artinya mengindikasikan saya belum bisa mengalahkan ego dan belum siap menikah? Jawabannya tentu bukan mundur atau menyesal tapi belajar lagi. Ya seperti sekolah yang tidak pernah tamat. 

Dengan proses perkenalan yang tidak sebentar (10 tahun), dan banyaknya kebaikan yang saya lihat sebagai tolak ukur seorang imam, keyakinan untuk menjalani kehidupan selanjutnya bersama seorang partner bernama Yogi, hadir secara perlahan dan tidak berlebihan. Tidak berlebihan dalam artian, saya masih terus menyisakan hati untuk memahami bahwa Yogi adalah manusia yang sama seperti saya, yang mungkin suatu hari akan dengan tidak sengaja menyakiti.  Sehingga ketika hal itu terjadi, keyakinan saya tidak ikut tersakiti.

Tapi bicara mengenai sakit hati, sejauh saya kenal, Yogi tidak pernah berbicara kasar. Bacaan shalat dan setelah shalatnya lengkap. Selalu ingin membantu dan sering mengalah. Ketika sedang dalam perjalanan selalu minta berhenti untuk sholat. Selalu khawatir jika aurat saya terlihat orang lain. Sayang dengan mama, ayah, adik-kakak, dsb. Terhitung sejak 9 Mei (1 minggu sejak menikah), sikap-sikap dia sebagai imam Alhamdulillah menyenangkan hati :’).

“iyalah 1 minggu masih manis-manisnya”. Hehe saya ngga membantah, tapi doakan saja ya selalu begitu. Walau kalau dipikir-pikir, kata “selalu begitu” kedengarannya aneh. Seperti tidak ada waktu yang berjalan. Seperti permen yang tidak pernah dinikmati. Tidak habis-habis. Padahal setiap hal pasti ada masanya ya :’)

(Oke seriusnya udah) Sekarang mau post foto-foto seru saat dan pasca menikah. Sekali lagi, mohon doa dari semua untuk kebaikan pernikahan kami. Semoga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Penuh kebaikan dan hal membaikkan. Berkah dan ditinggikan derajatnya. Sama-sama menjadi pendamping hidup penyenang hati dan orang tua bagi anak-anak yang shaleh/shalehah penyenang hati juga. Aaamin Ya Rabb.


PS : Terima kasih untuk semua teman, rekan kerja, sahabat, saudara, keluarga kesayangan terutama mama, kakak, adik-adik (Ilmi yang sampai saat ini masih kuliah di Kairo dan tidak dapat menghadiri 2 pernikahan kakak-kakaknya), dan keluarga baru Yogi yang sudah hadir di kehidupan kami dengan peran-peran yang baik. Terima kasih kado-kadonya. Perhatiannya. Dukungan, dan doa baik yang terucap atau yang hanya di dalam hati. Doa yang sama untuk kalian.
Je vous aime!
Azzahra.









Tumis Pare dan sambal kesukaan bapak Yogi :p